Herman Widjaja: Kisah Anak Negeri Dibalik Kebesaran Microsoft
Generasi
pengguna teknologi informasi jika mendengar nama Redmond pasti akan
selalu tertuju pada nama Microsoft Corporation, perusahaan perangkat
lunak terbesar di dunia yang didirikan Steven Anthony Ballmer pada 1975.
Microsoft mengembangkan dan membuat beragam jenis produk perangkat lunak untuk bermacam komputer. Produknya yang paling terkenal adalah sistem operasi Microsoft Windows dan Microsoft Office sebagai paket aplikasi perkantoran dan dijalankan di bawah sistem operasi Microsoft Windows. Ternyata di balik kesuksesan kedua perangkat lunak tersebut ada peran anak Indonesia. Salah satunya Herman Widjaja. Namanya memang masih asing terdengar bagi telinga kita, namun di Redmond dia punya peran besar. Pria kelahiran Jakarta, 8 September 1979 ini telah diserahi tanggung jawab yang cukup besar, Herman menjadi Senior Test Lead dalam pengembangan beberapa produk Microsoft, khususnya Microsoft Windows. “Saya menjadi bagian dari pengembangan dan uji kualitas produk Microsoft mulai dari Windows Vista, Windows Server 2008, Windows 7 sampai yang terbaru menangani Windows 8 dan Intenet Explorer 9 (IE9), khususnya di bidang Graphics and Printing Technology sebelum produk-produk tersebut didistribusikan ke berbagai pasar dunia,” katanya. Sebagai Senior Test Lead, Herman bersama lima orang software engineer yang menjadi anak buahnya bertugas untuk mengemas dan mengkonversi data yang ada di monitor komputer sehingga dapat terbaca di printer, baik melalui koneksi universal serial bus (USB) atau PS/2, sehingga dapat dicetak dengan baik sesuai dengan tampilan yang ada di layar komputer. Bapak dua putri cantik yang beristrikan perempuan Indonesia ini tidak mengingkari bahwa bekerja di perusahaan sebesar Microsoft Corporation merupakan sebuah kebanggaan tersendiri, baik bagi dirinya sendiri maupun sebagai anak Indonesia yang bisa berhasil bekerja di Redmond. “Saya tidak pernah menyangka bisa bekerja di perusahaan milik Bill Gates, dan ini sangat menyenangkan,” ungkap Herman yang telah 7 tahun bekerja di Redmond sejak Februari 2005. Herman adalah jebolan bidang Computer Science and Engineering Monash University Australia tahun 2004. Begitu lulus dia memulai kariernya ketika dia bekerja sebagai software developer di Australia. Tugas alumnus SMA Kanisius Jakarta saat itu adalah untuk mengembangkan e-commerce trading network untuk perusahaan gas. Namun, itu tidak berlangsung lama. Keinginannya adalah ingin terus berkarya dalam pengembangan teknologi komputer yang membuat dirinya memberanikan diri untuk melamar di perusahaan sebesar Microsoft melalui recruiting trip yang waktu itu sedang dilakukan di Australia. “Tanpa berpikir panjang, saya langsung memasukan lamaran pekerjaan saya. Benar-benar karena berkat Tuhan, saya akhirnya diterima masuk. Dua bulan setelah itu, saya mulai bekerja di Microsoft Redmond.” Menurut Herman, bekerja di Microsoft Corporation merupakan impian baginya sejak dia kuliah dan diyakininya merupakan impian semua mahasiswa yang terjun di bidang Computer Science. “Oleh karena itu, mengambil keputusan untuk bekerja di kantor pusat Microsoft adalah suatu keputusan yang sangat mudah. Ini adalah kesempatan sekali dalam seumur hidup, that shape a great story for my career,” tuturnya. Untuk bisa bekerja di Microsoft Corporation, mempunyai pendidikan tinggi di bidang Computer Engineering dari universitas yang baik (ivy-league university) adalah hal yang sangat penting, namun sebenarnya yang menjadi faktor utama adalah kecintaan akan teknologi dan keinginan untuk terus belajar, menemukan solusi baru dan terus berkaya. “Saya benar-benar mencintai teknologi dan berkeinginan untuk menciptakan solusi-solusi baru yang bisa bermanfaat bagi dunia ini. Microsoft memberikan kesempatan dan mendorong saya untuk bisa berkreasi secara luar biasa,” ujarnya. Ingin Mengabdi Selama tujuh tahun bekerja, boleh dibilang prestasi Herman sangat membanggakan bagi Indonesia. Selama berkarier di markas Microsoft, dia telah memiliki dua paten yang telah diterbitkan, tujuh paten lain yang saat ini sudah diajukan untuk diproses, dan tiga publikasi. Dalam pengamatan Herman di Redmond, terdapat lebih dari 75 warga Indonesia yang bekerja di Microsoft, selain dirinya. Umur mereka bervariasi antara 20 hingga 40 tahunan. Hampir 80% dari jumlah itu adalah para programmer dan bekerja di kelompok produk seperti Microsoft Windows, Microsoft Office, Microsoft Exchange, dan Bing, sedangkan sisanya bekerja di bagian keuangan atau akuntan. Dia menuturkan sejumlah pekerja IT dari Indonesia di Amerika berharap dapat kembali ke Tanah Air. Mereka percaya industri IT Indonesia layaknya 'ladang hijau'. Meskipun demikian, ancaman dari penggunaan perangkat lunak ilegal (bajakan) masih berpotensi menghambat pengembangan industri TI di Tanah Air. "Sebenarnya ada banyak insentif yang diperoleh pengguna jika memakai produk asli. Pengguna software legal akan selalu menerima pembaharuan keamanan untuk memastikan bahwa sistem operasi yang digunakan aman," katanya. Warga Indonesia yang bekerja di Redmond ketika berkumpul, juga mendiskusikan pula keinginan untuk berkontribusi bagi Tanah Air. "Kami sebagai programmer ingin membagi pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh di Amerika. Tujuan kami adalah ingin menempatkan lebih banyak orang Indonesia dalam peta teknologi infomatika (IT) dan mendorong generasi muda Indonesia agar dapat berkompetisi dengan negara lain," katanya. Herman menilai dalam hal ide dan kemampuan teknis, programmer dari Indonesia tidak kalah dengan para programmer perangkat lunak dari negara lain. Hanya saja, programmer Indonesia cenderung merasa kurang percaya diri karena kurang penguasaan bahasa Inggris yang tidak lancar. Kendalanya kurang percaya diri. Padahal dari beberapa acara yang dilakukan Microsoft, anak Indonesia selalu unggul, baik dari segi kemampuan, ide maupun teknik. “Kadang kita melihat dari bentuk fisik ‘wah itu orang bule mereka pasti labih hebat dari saya’. Kenyataannya belum tentu. Orang Indonesia, kadang suka membatasi diri sendiri. Padahal banyak karya anak Indonesia yang membuat saya kagum,” sambung Herman. Hal yang diakui Herman juga dialaminya saat pertama kali terjun ke dunia kerja di bidang teknologi apalagi saat itu orang Asia jarang sekali. Seiring berjalannya waktu dia sadar untuk tidak membatasi diri untuk maju karena ditegur salah satu bosnya. “Suatu hari salah satu bos di Microsoft bertanya kenapa kamu harus minder, padahal sebenarnya kamu lebih bagus,” ujarnya. Herman mengaku senang bisa menikmati hasil karyanya selama bekerja di Microsoft. Apalagi, ketika software yang dibuatnya banyak digunakan orang di seluruh dunia. “Sebagai anak Indonesia, tentu ini kebanggaan. Bagi saya, kue industri teknologi sangat besar, jika orang itu mau bergandengan untuk bersama-sama mengembangkan pasti bisa menghasilkan sesuatu yang lebih,” tegasnya. (algoth.putranto@bisnis.co.id) |
Kisah Anak Negeri Dibalik Kebesaran Microsoft
Label:
Serba-serbi,
Software