Hari ini tanggal 29 Maret, saya ingin berbagi cerita lagi dengan sahabat semua. Kisah ini asli saya alami bersama keluarga kecil saya. Kejadian ini tepat pada tanggal 29, meski bukan di bulan maret namun tepatnya tanggal 29 Juni tahun 2013. Bulan Juni besok tepat 2 tahun kejadian ini saya alami. Dalam cerita saya kali ini saya lebih fokuskan pada satu kejadian yang semoga bisa kita ambil hikmahnya. Hal ini berawal saat instansi istri saya mengadakan wisata ke Jogja dalam acara libur tahun ajaran baru. Awal mulanya saya tidak mengizinkan istri dan anak untuk ikut, namun istri dan anak saya tetap ingin ikut. Tempat wisata yang dituju adalah :
1. Goa Pindul
2. Sungai Oyo
3. Pantai Indrayanti
Pagi itu kami berangkat ke Jogja dengan 2 bus langsung ke lokasi pertama yaitu Goa Pindul. Kira-kira pukul 9 pagi kami sampai di lokasi. Bus kami berhenti, kami pun turun kemudian kami mengenakan pelampung dan sandal karet. Goa Pindul ini terletak di desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunung Kidul. Kami harus jalan kaki sekitar 500 meter untuk sampai lokasi Goa Pindul. Dengan dibantu oleh pemandu wisata yang ada masing-masing dari kami turun ke air untuk menduduki satu buah ban dalam bekas yang cukup besar sebagai tumpuan badan. Ini yang disebut dengan mini rafting. Kami diarahkan untuk duduk dengan tenang dan saling berkaitan dengan memegangi tali yang ada di ban sebelah kita.
Kami mulai masuk ke dalam Goa Pindul dengan berderet ke samping yang cukup panjang dan tetap didampingi oleh pemandu wisata yang membawa senter karena suasana di dalam goa cukup gelap. Sensasi di dalam dan melewati goa yang ada airnya pun kami rasakan. Goa ini tidak terlalu panjang, kira-kira hanya berjarak 100 meter kami sudah sampai ke luar goa.
|
Atraksi di dalam goa |
Setelah kami semua keluar dari goa, kami naik dan harus berjalan lagi kira-kira 100 meter untuk mencapai jalan. Perjalanan dilanjutkan ke sungai Oyo yang berjarak sekitar 1 km sampai 2 km dengan transportasi mobil pick up bak terbuka.
Tak berapa lama sampailah di tepi sungai Oyo. Namun dari pemberhentian pick up, lagi-lagi kami harus berjalan kaki melewati kebun dan persawahan untuk mencapai lokasi tepi sungai. Kalau sebelumnya kami melakukan perjalanan air dalam goa yang arusnya tenang namun di sungai Oyo ini sangat jauh berbeda arusnya. Dari tepi suangai sudah terlihat derasnya arus sungai Oyo. Cocoknya untuk olah raga arum jeram yang menggunakan perahu karet. Lokasi titik start berada di sungai anakan Oyo. Di sinilah saya bersama teman-teman termasuk anak dan istri saya 'Ayyun mengalami kecelakaan. Untuk turun ke sungai memulai petualangan mini rafting di sungai Oyo ini rombongan harus membuat lingkaran setiap 6 orang atau 6 ban. Setiap 6 orang akan diarahkan sama pemandu wisata untuk kemudian dilepaskan. Rombongan pertama dan ke dua sudah jalan. Rombongan ke tiga juga sudah, sampailah giliran rombongan saya yang berisi saya bersama anak, istri saya, Pak Heri Kapolsek Serengan Solo bersama keponakan dan istrinya serta 2 orang teman lagi bersama dengan anak-anaknya.
|
Arusnya cukup deras |
Rombongan kami sudah berada di air dan siap untuk melakukan perjalanan mini rafting, kami pun langsung dilepas oleh pemandu. Baru beberapa detik dilepas saya lihat arus dari sebelah kiri sangat deras dan saya langsung bersiap-siap untuk terkena arus derasnya. Dan benar, kami semua tak kuasa menahan kuatnya arus dari sebelah kiri kami. Kami pun kocar-kacir jumpalitan tak karuan, kami terlepas dari ban semua kecuali istri saya saja yang tidak ikut terjatuh dari ban. Saya yang waktu itu bersama 'Ayyun yang masih berusia 2 tahun, berusaha semaksimalnya agar tidak tenggelam. 'Ayyun saya angkat tinggi-tinggi dengan harapan agar 'Ayyun tidak sampai tenggelam dan mulutnya tidak kemasukan air. Di tengah-tengah usaha saya untuk menyelamatkan diri sendiri bersama anak, saya pun sebisanya terus memegang kencang 'Ayyun dan terus mengangkat tinggi-tinggi dengan masih tetap memegangi ban, kaki saya terus bergerak-gerak dalam air dengan harapan agar kami tidak tenggelam.
Kami terseret arus deras cukup jauh. Masih dalam rangka meyelamatkan diri, tak sengaja telah terjadi benturan yang sangat keras antara kaki saya dengan batu yang ada dalam sungai. Saya pun kesakitan, namun saya harus tetap terus memegangi 'Ayyun dan harus terus mengangkat tinggi 'Ayyun sambil terus berusaha menepi. Dengan susah payah saya berusaha dan akhirnya bisa mencapai tepi sungai, setelah sampai tepi barulah satu pemandu wisata membantu saya untuk naik ke batu yang berada di pinggir sungai.
Alhamdulillaah, kami bisa melewati saat-saat yang sangat mengerikan itu. Bagi saya hal yang paling utama adalah keselamatan 'Ayyun, alhamdulillaah 'Ayyun baik-baik saja hanya mangil-manggil bundanya, sementara saya harus merasakan kesakitan pada lutut saya. Beberapa saat saya harus beristirahat dengan terus menahan rasa sakit di lutut kanan saya dan tetap terus menggendong 'Ayyun. Saya merasa untuk meneruskan perjalanan dengan ban karet sudah tidak mungkin lagi namun apa boleh buat, ternyata memang tidak ada jalan lain lagi untuk bisa mencapai tujuan harus tetap naik ban lagi. Saya tanya 'Ayyun, apa masih berani naik ban lagi, ternyata jawabnya, masih berani. Namun kali ini saya tidak mau dilepaskan berdua dengan 'Ayyun saja, jadi harus dipegangi terus oleh satu pemandu sampai tempat tujuan.
Sampailah kami di akhir mini rafting dan bertemu dengan yang lainnya. Setelah beristirahat, makan mie dan minum, kami pun naik ke ick up lagi untuk kembali ke tempat awal kami sampai sebelum ke goa Pindul untuk mandi dan ganti pakaian. Kebetulan waktu itu bertepatan dengan hari jumat sehingga kami para laki-laki wajib untuk menunaikan sholat jumat. Saya pun dengan menahan rasa sakit yang sangat, ikut ke masjid dengan jalan kaki kira-kira 100 meter untuk ikut menunaikan sholat jumat. Kaki tidak bisa ditekuk, akhirnya saya sholat dengan duduk dan kaki lurus ke depan.
Selesai sholat perjalanan dilanjutkan ke pantai Indrayanti yang nama sebenarnya adalah pantai Pulang Sawal yang terletak di Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, tepatnya di sebelah timur Pantai Sundak dan
Somandeng. Namun pantai ini lebih dikenal dengan sebutan pantai Indrayanti bukan pantai Pulang Sawal. Selama perjalanana di dalam bus, saya terus mengkompres lutut saya yang semakin lama semakin sakit dan bengkak. Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, sampailah kami di pantai Indrayanti. Semua turun termasuk saya, namun kalau yang lain bersenang-senang, saya hanya bisa duduk dengan menahan sakit, sementara 'Ayyun bersama dengan bundanya. Tak puas hanya duduk dan melihat saja, saya pun paksakan untuk turun menemani 'Ayyun main pasir sebentar. Pasir pantai di sini bukan pasir putih, namun tidak kalah dengan pasir putih karena hamparan pasir yang indah dan bersih bisa terlihat jelas seluas mata memandang. Di pantai Indrayanti semuanya bersenang-senang sampai petang.
Akhirnya rombongan bus kami pun berjalan menuju kota Surakarta di mana kami paginya berangkat ke Jogja. Selama perjalanan dari Jogja menuju Solo, pemandangan indah terlihat dengan gemerlap lampu yang begitu indah terlihat dari atas perbukitan. Bus berhenti sejenak untuk memberi kesempatan kami semua untuk makan malam. Setelah pukul 23.30 WIB, bus sampai di Solo lagi. Kami pulang ke rumah dengan taksi karena tidak bisa membawa kendaraan sendiri.
Saya menyangka kalau lutut saya hanya retak saja, namun setelah kami bawa ke laboratorium untuk di rongten, ternyata lutut saya atau dalam bahasa kedokteran disebut "patela" pecah jadi tiga bagian. Tidak ada jalan lain selain dioperasi, akhirnya saya pun langsung ke RS untuk operasi lutut. Alhamdulillaah, operasi berjalan lancar. Lutut saya diberi platina untuk menyatukan kembali patela yang tadinya pecah. Tidak butuh waktu lama di RS, namun butuh waktu lama untuk kembali pulih seperti dulu lagi. Sekarang sudah hampir dua tahun setelah kejadian itu dan platina di lutut saya masih ada di lutut saya. Saya belum berani untuk melepasnya karena saya merasa lutut ini belum begitu kuat.
Demikian cerita yang bisa saya bagikan kali ini. Hikmah yang bisa saya ambil dari kejadian tersebut adalah semua kejadian yang terjadi sudah dalam rencana sang pencipta Allaah, anak merupakan tanggung jawab orang tua termasuk ayahnya. Menjaga anak adalah kewajiban, apapun yang terjadi pada orang tuanya demi untuk menjaga anak merupakan suatu hal yang sudah semestinya. Terlepas dari kesalahan yang telah dilakukan oleh pemandu wisata yang di sungai Oyo karena saat start tidak menarik kami ke tepi kanan menjauh dari arus sungai yang deras dari sebelah kiri. Jadikan musibah sebagai jalan untuk lebih mendekatkan diri sama Illaahi. Semoga bermanfaat, aamiin.
foto : dokumen pribadi dan pemandu wisata